Ketika Sukina Douglas Pilih Tukar Rambut Gimbal dengan Kerudung
By osolihin
Sukina Douglas (kiri) | Foto: www.republika.co.id
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON–”Islam merendahkan perempuan? Anda baca lagi literaturnya dengan benar,” ujar Sukina Douglas. Mendengar penyair muda Inggris ini bertutur tentang Islam, orang tak akan menyangka dia belum lima tahun menjadi Muslim.
Sebelumnya, ia selalu menggeleng ditanya agama. “Sebelum saya menemukan Islam, pandangan saya tegas tetap pada Afrika. Agama saya Afrika. Saya dibesarkan sebagai seorang Rastafarian dan memiliki rambut gimbal panjang: satu setengah pirang dan setengah lainnya hitam,” ujarnya.
Kemudian, pada tahun 2005, mantan pacarnya kembali dari perjalanan ke Afrika dan mengumumkan bahwa ia akan masuk Islam. Saat itu dia sangat marah dan mengatakan bahwa dia telah ‘kehilangan akar Afrika’-nya. “Mengapa ia mencoba untuk menjadi orang Arab? Setiap kali saya melihat seorang wanita Muslim di jalan saya berpikir, mengapa mereka harus ditutp-tutup seperti itu? Bukankah mereka panas?” ujarnya mengisahkan.
Namun diam-diam, ia melahap buku-buku keislaman. “Ketika saya mulai membaca otobiografi Malcolm X di universitas, sesuatu terbuka dalam diri saya. Suatu hari saya berkata kepada seorang sahabat, Muneera, ‘Aku jatuh cinta dengan Islam. “Dia tertawa dan berkata,” Jadilah tenang, tak usah terburu-buru!”
Selain kisah Malcolm X, ada satu yang menarik perhatiannya. “Saya selalu bersemangat tentang hak-hak perempuan; tidak ada cerita saya memasuki agama yang berusaha untuk merendahkan perempuan. Jadi, ketika saya membaca sebuah bukuyang ditulis seorang feminis Maroko, terurailah semua pendapat negatif saya tentang Islam, bahwa agama ini tidak menindas perempuan.”
Ia belum memutuskan untuk menjadi Muslim, ketika ia coba-coba berpenampilan seperti Muslimah. Ia mencoba mengenakan rok model Gypsy, dan bertudung kepala juga ala Gypsy. “Tapi aku tidak merasa lusuh, aku merasa cantik. Aku sadar, aku bukan komoditas seksual bagi pria untuk nafsu birahi mereka, tiba-tiba saya betul-betul jatuh hati pada agama ini.”
Ia pun bersyahadat. Tak mudah bagi Sukina setelah itu, karena tiga minggu setelah menjadi Muslim, bom meledak di London. “Saya tidak pernah mengalami rasisme di London sebelumnya, tetapi dalam minggu-minggu setelah bom, orang-orang akan melemparkan telur pada saya dan berkata, ‘Kembalilah kepada negara Anda sendiri’. Mana negara saya? Negara saya ya Inggris,” ujarnya.
Setelah menjadi Muslim, ia menemukan “masa depan”-nya. Saat sang pacar memutuskan menjadi Muslim, mereka berpisah. Ketika ia menjadi Muslim, Sukina mencoba membuka hati lagi bagi sang mantan. “Kini dia menjadi suami saya,” ujarnya tersenyum.
“Sebelum saya menemukan Islam, saya adalah seorang pemberontak tanpa alasan, tapi sekarang saya punya tujuan hidup: saya bisa mengidentifikasi kekurangan saya dan bekerja untuk menjadi orang yang lebih baik. Bagi saya, menjadi seorang Muslim berarti memberikan kontribusi pada masyarakat, tidak peduli di mana Anda berada dan dari mana Anda berasal.” [republika]
Minggu, 26 Desember 2010
Diposting oleh
Syamsul Muh
di
16.59
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar